Minggu, 25 Januari 2009

Luka Bakar dan Penanganannya ( combustio)

Tidak seperti luka bakar derajat tiga yang memerlukan penanganan medis khusus, luka bakar kecil yang sering kita alami di rumah ternyata membutuhkan penanganan simpel yang bisa dilakukan siapa saja. Tidak peduli apa yang menyebabkan luka bakar, hal yang paling utama dipikirkan adalah semakin cepat penanganannya maka hasilnya akan semakin baik. Apa yang anda lakukan pada menit menit pertama setelah terbakar akan menentukan hasil dari penyembuhan luka bakar tersebut pada kulit.

Susu merupakan cairan yang paling bagus untuk mengompress luka bakar kecil. Rendam daerah luka dengan susu selama 15 menit atau lebih. Bila anda kesulitan merendam, anda bisa menggunakan handuk yang telah dibasahi susu untuk menutup daerah yang terbakar. Lemak yang terdapat dalam susu akan menyejukan daerah yang terbakar dan mempercepat penyembuhan.

Setelah 24 jam, basuhlah daerah yang terbakar dengan lembut menggunakan sabun dan air bersih. Usahakan daerah luka tetap kering dan tertutup setelah dibersihkan untuk mencegah infeksi.

Menggunakan terlalu banyak es atau air yang sangat dingin akan memperburuk kondisi luka bakar. Gunakanlah air yang sejuk dan bukan yang dingin. Air sejuk akan mencegah jaringan yang terbakar meluas dan air ini berfungsi pula sebagai pereda rasa nyeri sementara.

Lidah buaya akan mempercepat proses penyembuhan. Dua atau tiga hari setelah terluka, anda dapat membubuhi daerah luka dengan cairan dari daun lidah buaya. Kesejukan dari cairan itu akan membantu meredakan nyeri. Gunakan empat sampai 5 kali sehari tanpa ditutup dengan perban.

Makanlah banyak makanan yang mengandung vitamin C. Vitamin ini akan membantu mempercepat proses penyembuhan luka. Selain itu, anda juga harus banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A dan E. Vitamin E akan mempercepat penyembuhan dan mencegah pembentukan jaringan parut.

Irislah kentang lalu tutup daerah yang terbakar menggunakan irisan tersebut. Zat tepung pada kentang akan menetralisir luka bakar, rasa nyeri dan mencegah pembentukan jaringan parut.

Madu yang digunakan untuk menutup luka akan menyejukan luka, meredakan nyeri dan mempercepat penyembuhan. Madu juga akan mencegah infeksi kuman serta melindungi daerah luka.

Minyak lavender akan meredakan rasa nyeri dan mempercepat penyembuhan serta mencegah jaringan parut. Pertama tama, bersihkan daerah luka dengan air dan sabun. Campur minyak lavender dengan minyak zaitun dengan perbandingan 1 : 3. Selanjutnya tutuplah daerah luka dengan campuran tadi.

Menutup luka bakar dengan menggunakan putih telur akan mencegah luka bakar menjadi kering.

Semua tips diatas hanya berlaku untuk luka bakar derajat ringan dengan daerah yang tidak begitu luas. Bila sebaliknya, anda harus segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut.

Alergi Telur

Alergi telur termasuk ke dalam golongan alergi tipe 1 atau dikenal dengan nama alergi kontak. Protein yang terdapat dalam telur merangsang reaksi sistem immun secara berlebihan. Sistem immun ini lalu menghasilkan antibodi untuk melawan protein pada telur yang sebenarnya tidak berbahaya. Penyebab reaksi immun tubuh yang berlebihan ini masih belum jelas dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Bagian telur yang paling sering menyebabkan alergi adalah putih telur walaupun ada beberapa kasus alergi yang disebabkan oleh kuning telur. Orang yang menderita alergi telur mempunyai kemungkinan besar untuk mengalami alergi terhadap makanan yang berasal dari ayam.

Umumnya gejala alergi timbul beberapa menit sampai beberapa jam setelah penderita mengkonsumsi telur. Gejala dapat menetap sampai beberapa jam sampai dengan beberapa hari. Beberapa gejala yang sering timbul antara lain kemerahan dan gatal pada kulit, rasa mules pada perut, diare, mual, muntah, hidung meler, mata berair, sesak dan batuk.

Sampai saat ini salah satu metode untuk mengetahui bahwa seorang penderita mengidap alergi telur adalah dengan melakukan tes alergi. Tes alergi sebaiknya dilakukan oleh seorang spesialis alergi sehingga dapat diketahuii secara tepat jenis alergi yang diderita. Sebelum melaksanakan tes alergi, penderita diwajibkan tidak mengkonsumsi obat obatan anti alergi untuk mencegah hasil tes yang tidak valid. Ingatlah untuk selalu mendiskusikan pelaksanaan tes alergi dengan spesialis alergi sehingga didapatkan hasil seperti yang diharapkan.

Tes alergi dilaksanakan dengan cara memasukan ekstrak protein telur ke dalam kulit lalu di lihat efek yang terjadi pada kulit tersebut. Bila timbul bengkak kemerahan dan gatal maka dapat dipastikan bahwa penderita tersebut menderita alergi telur.

Tes alergi yang lain adalah ‘food challenge’. Penderita disuruh untuk menghindari segala bentuk makanan yang mengandung telur selama beberapa minggu. Memang agak sulit untuk benar benar menghilangkan protein telur dari makanan sebab ada beberapa makanan yang mengandung protein telur walaupun makanan tersebut tidak terbuat dari telur. Penderita dianjurkan untuk selalu membaca kandungan makanan yang terdapat pada label makanan yang dibeli sehingga saat menjalani tes ini penderita dapat semaksimal mungkin menghindari makanan yang mengandung protein telur.

Langkah selanjutnya adalah penderita disuruh hanya makan telur dalam pengawasan dokter. Jika setelah makan telur gejala alergi muncul maka penderita tersebut dapat dikatakan positif alergi telur. Pada penderita ini sangat tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi segala bentuk makanan yang mengandung telur.

Beberapa vitamin yang kita kenal ternyata cukup membantu mengurangi kejadian alergi seperti Vitamin A, B, C, E. Selain vitamin ada beberapa zat yang kurang lebih mempunyai fungsi yang sama dengan vitamin seperti asam pantothenic, glukosamin, antioksidan dan quercitin.

Exime/ Dermatitis

Apakah Eksim Itu?

Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling sering dijumpai adalah eksim atopik atau dermatitis atopik. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka kekambuhan.

Apa Saja Gejala Eksim?

Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien adalah gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan pada kulit. Gejala kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki, namun tidak menutup kemungkinan kemerahan muncul di daerah lain.

Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng. Pada orang kulit putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda lalu berubah menjadi cokelat. Sementara itu pada orang dengan kulit lebih gelap, eksim akan mempengaruhi pigmen kulit sehingga daerah eksim akan tampak lebih terang atau lebih gelap.

Apa Yang Menjadi Penyebab Eksim?

Penyebab dari eksim sebenarnya belum diketahui dengan pasti, namun beberapa ahli mencurigai eksim berhubungan dengan aktifitas daya pertahanan tubuh (imun) yang berlebihan. Hal ini menyebabkan tubuh mengalami reaksi berlebihan terhadap bakteri atau iritan yang sebenarnya tidak berbahaya pada kulit. Oleh karena itu, eksim banyak ditemukan pada keluarga dengan riwayat penyakit alergi atau asma.

Tiap tiap orang mempunyai pencetus eksim yang berbeda beda. Ada orang yang setelah memegang sabun atau deterjen akan merasakan gatal yang luar biasa, ada pula yang disebabkan oleh bahan atau alat rumah tangga yang lain. Gejala yang timbul pun bervariasi, ada yang gatalnya ringan tetapi rasa panas yang dominan, ada pula yang sebaliknya. Infeksi saluran nafas bagian atas atau flu juga bisa menjadi pencetus timbulnya eksim. Stress yang dialami penderita akan membuat gejala menjadi lebih buruk.

Meskipun penyembuhan eksim sangat sulit dilakukan, namun pada banyak kasus, pasien dapat mengurangi terjadinya kekambuhan dengan melakukan pengobatan yang tepat dan menghindari iritan/alergen yang menyebabkan eksim. Perlu diingat, penyakit ini tidak menular dan tidak akan menyebar dari satu orang ke orang yang lain.

Bagaimana Cara Pengobatannya?

Tujuan utama dari pengobatan adalah menghilangkan rasa gatal untuk mencegah terjadinya infeksi. Ketika kulit terasa sangat kering dan gatal, lotion dan krim pelembab sangat dianjurkan untuk membuat kulit menjadi lebih lembab. Tindakan ini biasanya dilakukan saat kulit masih sedikit basah, seperti saat habis mandi sehingga lotion yang dioleskan akan mempertahankan kelembaban kulit. Kompres dingin juga diduga dapat mengurangi rasa gatal yang terjadi.

Salep atau krim yang mengandung kortikosteroid seperti hydrokortison diberikan untuk mengurangi proses inflamasi atau keradangan. Untuk kasus kasus yang berat, dokter akan memberikan tablet kortikosteroid dan apabila pada daerah eksim telah terinfeksi maka bisa diberikan antibiotika untuk membunuh bakteri penyebab infeksi. Obat lain yang dibutuhkan adalah antihistamin untuk mengurangi rasa gatal yang terlalu berat, dan cyclosporin untuk penderita yang tidak berespon terhadap semua jenis pengobatan yang diberikan.

Bagaimana Cara Pencegahannya?

Munculnya eksim dapat dihindari dengan melakukan beberapa tips dibawah ini :
Jaga kelembaban kulit.
Hindari perubahan suhu dan kelembaban yang mendadak.
Hindari berkeringat terlalu banyak atau kepanasan.
Kurangi Stress.
Hindari pakaian yang menggunakan bahan yang menggaruk seperti wool dan lain lain.
Hindari sabun dengan bahan yang terlalu keras, deterjen dan larutan lainnya.
Hindari faktor lingkungan lain yang dapat mencetuskan alergi seperti serbuk bunga, debu, bulu binatang dan lain lain.
Hati hati dalam memilih makanan yang bisa menyebabkan alergi.

Jumat, 26 September 2008

URTIKARIA

Urtikaria adalah suatu reaksi pada kulit yang timbul mendadak (akut) karena pengeluaran histamin yang mengakibatkan pelebaran pembuluh darah dan perembesan cairan dari pembuluh darah.
Dalam perjalanan penyakitnya dikenal 2 macam urtikaria, yaitu : urtikaria akut yang timbul mendadak dan hilang dengan cepat serta urtikaria kronis yang timbul berulang-ulang atau berlangsung tiap hari selama lebih dari 6 minggu.
Urtikaria kronik ditandai dengan bengkak yang edema, diikuti dengan rasa gatal, papul atau plak pada kulit.

Epidemilogi
Urtikaria dapat terjadi pada semua ras. Kedua jenis kelamin dapat terkena, tapi lebih sering pada wanita usia pertengahan. Urtikaria kronik idiopatik terjadi 2 kali lebih sering pada wanita daripada laki-laki.Urtikaria akut lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan urtikaria kronik lebih sering terjadi pada usia dewasa.5

Etiologi
Ada beberapa sumber yang bisa menimbulkan urtikaria kronik, yaitu :2
1. Faktor non imunologik :
a. Bahan kimia
Berbagai bahan kimia dapat menyebabkan pelepasan histamine dari mastosit atau basofil. Bahan-bahan kimia utama yang dapat menyebabkan pelepasan histamine oleh mastosit ialah amina dan derivate amidine serta berbagai macam obat, sepertimorfin, kodein tubokurarin, polimiksin, tiamin, kinin dan papaverin.2
b. Paparan fisik
Paparan fisik dapat secara langsung menyebabkan pelepasan histamine dari matosit, misalnya pada dermatografism.2
c. Zat kolinergik
Zat yang bersifat kolinergik dapat menyebabkan pelepasan histamine. Pada urtikaria kolinergik, asetilkolin dilepaskan melalui ujung saraf kolinergik kulit dan menyebabkan pelepasan histamine dengan mekanisme yangbelum diketahui.2
d. Infeksi dan penyakit infeksi
Penyakit infeksi dan penyakit sistemik yang lain dapat menyebabkan urtikaria, misalnya pada hepatitis B.2

2. Faktor imunologik
Pada umumnya proses imunologik lebih sering merupakan factor penyebab terjadinya urtikaria akut daripada urtikaria kronik. Mekanisme hipersensitivitas yang mendasari terjadinya urtikaria pada umumnya adalah reaksi hipersensitivitas tipe I dengan perantaraan IgE.2
Penelitian menunjukkan bahwa insidensi urtikaria kronik tidak bertambah pada orang atopi, dan pada urtikaria kronik seringkali pengukuran kadar IgE di dalam serum tidak menunjukkan kenaikan apabila dibandingkan orang tanpa urtikaria kronik.2

3. Faktor modulasi
Beberapa factor lain yang juga dapat menyebabkan urtikaria ialah alcohol, panas, demam, latihan fisik, stress emosional, hormonal. Penyakit autoimunitas dapat pula merangsang timbulnya gambaran urtikaria.2

Patogenesis
Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang meningkat, sehingga terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan pengumpulan cairan local. Sehingga secara klinis tampak edema local disertai eritem. Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat terjadi akibat pelepasan mediator misalnya histamine, kinin, serotonin, slow reacting substance of anafilacsis (SRSA) dan prostaglandin oleh sel mast dan atau basofil.6

Diagnosis
Diagnosis urtikaria ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Anamnesis harus dilakukan dengan lengkap dan teliti serta lebih menekankan pada faktor-faktor etiologi yang dapat menimbulkan urtikaria.2

Diagnosis Banding
Beberapa penyakit mempunyai lesi yang mirip dengan urtikaria sehingga perlu dibuat diagnosis banding. Edema pada kulit yang mirip urtikaria dapat terjadi pada pemfigoid bulosa, herpes gestasiones, penyakit bula kronik pada anak.
Beberapa penyakit lain yang didiagnosis banding dengan urtikaria kronik adalah : dermatitis atopik, pemfigoid bulosa, dermatitis kontak alergi, mastocytosis, gigitan kutu busuk, eritema multiforme, gigitan serangga, scabies, dan urtikaria vasculitis.5

Penatalaksanaan
1. Identifikasi dan pengobatan adalah menghindari factor resiko, ini yang paling penting dan hanya ini yang efektif untuk terapi jangka panjang. Menghindari aspirin atau zat-zat aditif pada makanan, diharapkan dapat memperbaiki kondisi sekitar 50% pasien dengan urtikaria kronik idiopatik.9
2. Pengobatan local
a. kompres air es atau mandi air hangat dengan mencampurkan koloid Aveeno oatmeal yang bisa mengurangi gatal.
b. Lotion anti pruritus atau emulsi dengan 0,25% menthol bisa membantu dengan atau tanpa 1% fenol dalam lotion Calamine9
3. Pengobatan sistemik
a. Anti histamine dengan antagonis H1 adalah terapi pilihan
b. Doxepin, yaitu anti depresan trisiklik dengan efek antagonis H1 dan H2
c. Kombinasi antihistamin H1 dan H2, misalnya simetidin
d. Cyproheptadin, mungkin lebih efektif daripada antihistamin
e. Korticosteroid, biasanya digunakan untuk mengontrol vascukitis urtikaria.
f. Profilaksis dengan steroid anabolic, misalnya : danazol, stanozolol
g. Hormon tyroid juga dilaporkan dapat meringankan urtikaria kronis dan angioderma
h. Terapi antibiotic juga dilaporkan bisa pada pasien yang terinfeksi Helicobacter pylory dengan urtikaria kronis2,9,12,13

Komplikasi
Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi. Namun pasien dengan gatal yang hebat bisa menyebabkan purpura dan excoriasi yang bisa menjadi infeksi sekunder. Penggunaan antihistamin bisa menyebabkan somnolens dan bibir kering. Pasien dengan keadaan penyakit yang berat bisa mempengaruhi kualitas hidup.5

Prognosis
Penyakit ini bisa remisi spontan pada 33,2% pasien. Setelah 1 tahun, 50% pasien menjadi bebas gejala. Tetapi penyakit ini dilaporkan bisa mencapai sampai 20 tahun pada 20% pasien.4,5,11

Rabu, 20 Agustus 2008

dermatitis atopik berkaitan dengan keganasan




Kalbe.co.id - Dermatitis atopik diderita oleh lebih kurang 20% anak-anak dan 1-3% orang dewasa di negara berkembang. Menurut studi saat ini (Dermatology Times edisi Feb 2008), pasien dengan dermatitis atopik mempunyai risiko terjadinya keganasan seperti limfoma, melanoma kulit dan kanker kulit nonmelanoma.

Felix Arellano dari Risk Management Resources España, S.L dkk telah melaporkan hasil suatu studi pasien dermatitis atopik di Inggris. Dengan menggunakan database Health Improvement Network (THIN) di Inggris, peneliti membandingkan kejadian kanker pada pasien dermatitis atopik dengan kejadian kanker pada pasien yang tidak menderita dermatitis atopik.

Studi tersebut melihat kejadian kanker secara umum, seperti tingkat kejadian limfoma, melanoma dan kanker kulit nonmelanoma pada kedua populasi pasien. Dari 4.456.008 pasien yang terlibat dalam studi tersebut, 232.309 pasien atau 5,2% menderita dermatitis atopik. Hasilnya menunjukkan bahwa 129.972 pasien yang lebih kurang setengahnya adalah wanita, didiagnosis kanker selain kanker kulit nonmelanoma. Tingkat kejadian kanker secara keseluruhan (selain kanker kulit nonmelanoma), limfoma, melanoma dan kanker kulit nonmelanoma masing-masing adalah 42,42%, 1,7%, 1,72% dan 11,69% per 10.000 orang per tahun. Pada pasien yang menderita dermatitis atopik, Dr.Arellamo mencatat bahwa tingkat kejadian kanker meningkat dengan usia khususnya pada populasi studi wanita, meskipun secara umum, lebih tinggi pada pria dibanding wanita dalam setiap usia.

Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa ada peningkatan risiko kanker secara keseluruhan dan subtipe kanker meliputi limfoma pada pasien yang menderita dermatitis atopik. Hasil studi ini sebaiknya tidak hanya diketahui oleh dokter kulit tetapi juga oleh semua profesi medis untuk lebih ketat mengontrol pasien yang menderita dermatitis atopik.

Menurut Dr.Arellano, kemungkinan teori mengapa pasien dermatitis atopik tampaknya mempunyai peningkatan risiko terjadinya keganasan adalah bahwa stimulasi kronik sistem imun oleh antigen menyebabkan terjadinya mutasi pro-onkogenik secara acak yang dapat menyebabkan peningkatan untuk berkembangnya kanker.

Secara keseluruhan, Dr.Arellano mencatat lebih kurang 40% peningkatan risiko kanker meliputi limfoma, melanoma kulit, dan kanker kulit nonmelanoma pada pasien dengan dermatitis atopik dibandingkan dengan pasien tanpa penyakit tersebut.

Menurut Dr.Arellano, penemuan bahwa tingkat kejadian melanoma lebih tinggi pada pasien dermatitis atopik adalah mengejutkan karena dermatitis atopik dikaitkan dengan penurunan jumlah nevi melanotik. Peningkatan risiko melanoma pada pasien atopik dapat diejlaskan jika penentu lain dari melanoma seperti jenis kulit, warna mata dan rambut, riwayat sunburn, dan riwayat keluarga melanoma juga dimasukkan dalam pertimbangan studi tersebut. Karena hal tersebut tidak dimasukkan, maka hasil studi tersebut sebaiknya diinterpretasikan dengan hati-hati dan kaitan antara dermatitis atopik dan melanoma sebaiknya dieksplorasi lebih lanjut dalam studi analisis dengan kontrol faktor risiko yang lengkap untuk melanoma dan validasi diagnosis melanoma.


Defisiensi zink berhubungan dengan dermatitis atopik



Kalbe.co.id - Zinc (seng) merupakan salah satu faktor diet esensial dan defisiensi zinc dapat menurunkan sistem imun. Zinc diperlukan untuk sistem imun yang baik karena kemungkinan zinc terlibat dalam produksi sel imun (sel T) dalam kelenjar timus. Zinc merupakan salah satu prekursor antioksidan SOD (superoxide dismutase) dan penting dalam penyembuhan luka. Zinc juga berperan penting dalam perbaikan dan peremajaan sel kulit. Namun mekanisme bagaimana defisiensi zinc dapat mempengaruhi sistem imun belum sepenuhnya dimengerti. Oleh karena itu dilakukan suatu studi analisis mengenai mekanisme defisiensi zinc yang mempengaruhi respon alergi dengan menggunakan tikus DS-Nh sebagai model dermatitis atopik. Dalam sudi tersebut, tikus DS-Nh diberi diet kurang zinc selama 4 minggu. Kemudian dilakukan pengukuran TEWL (transpidermal water loss) dan tingkat kelembaban epidermis, penilaian skor erupsi kulit serta pemeriksaan frekuensi subpopulasi limfosit dalam limpa dan timus dengan sitometri. Juga dilakukan analisis efek supresi sel T CD25+CD4+ in vitro. Jumlah sitokin yang diproduksi oleh sel limpa dan kadar IgE serum diukur dengan ELISA. Hasilnya antara lain menunjukkan bahwa pada tikus DS-Nh yang diberikan diet kurang zinc, terjadi eksaserbasi erupsi kulit dan peningkatan kadar IgE serum serta jumlah S.aureus pada permukaan kulit. Produksi IFN- ã (interferon gamma) dan IL-13 (interleukin-13) oleh sel limpa meningkat. Jumlah sel T CD25+CD4+ dalam limpa berkurang secara bermakna, sedangkan sel Foxp3 positif pada sel T CD25+CD4+ sebanding dengan tikus kontrol (Foxp3 adalah suatu regulator penting dari perkembangan dan fungsi sel T CD25+CD4+). Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa defisiensi zinc mempengaruhi sistem barier kulit dan sistem imun serta menunjukkan bahwa defisiensi zinc berperan sebagai faktor eksaserbasi dermatitis atopik.



manfaat minyak ikan pada psoriasis



Kalbe.co.id - Psoriasis merupakan kelainan kulit yang cukup sering dijumpai yang ditandai dengan gatal, kulit bersisik dan eritema. Salah satu karakteristik utama psoriasis adalah peningkatan konsentrasi asam arakidonat dan metabolitnya, leukotrien B4 pada dan di sekitar plak psoriasis.

Telah diketahui bahwa minyak ikan dapat menekan pembentukan leukotrien B4 sehingga para peneliti di Universitas Kedokteran Buenos Aires memutuskan untuk meneliti apakah aplikasi topikal minyak ikan pada kulit yang terkena psoriasis dapat mengurangi gejala psoriasis.

Uji klinik tersebut melibatkan 25 pasien psoriasis yang secara acak mendapat mintak ikan atau parafin cair yang diaplikasikan secara topikal pada plak psoriasis pada malam hari dan ditutup selama 6 jam dengan dressing oklusif. Terapi diulang setiap hari selama periode 4 minggu.

Hasilnya menunjukkan bahwa minyak ikan topikal terbukti sangat efektif dalam mengurangi kulit bersisik, ketebalan plak psoriasis dan eritema (derajat sisik berkurang dari 2,91 menjadi 0,32 pada skala 0-4, derajat ketebalan plak berkurang dari 2,21-0,52 dan derajat eritema berkurang dari 2,72 menjadi 0,90). Namun terapi minyak ikan topikal tidak mengurangi rasa gatal. Terapi parafin cair selama 4 minggu juga efektif dalam mengurangi eritema, tetapi tidak efektif untuk mengurangi gatal dan ketebalan plak psoriasis dan minyak ikan secara bermakna lebih unggul dalam mengurangi sisik. Kedua terapi dapat diterima oleh pasien.

Dari studi tersebut disimpulkan bahwa minyak ikan yang diaplikasikan secara topikal lebih unggul dalam mengurangi gejala dan tanda psoriasis dibanding parafin cair.

Para dokter di Royal Hallamshire Hospital juga telah mengeluarkan hasil uji klinik yang dibuat untuk menilai efek suplementasi oral minyak ikan pada terapi psoriasis. Uji klinik tersebut melibatkan 28 pasien dengan psoriasis kronik yang secara acak mendapat 10 kapsul minyak ikan (mengandung 1,8 gram EPA (asam eikosapentanoat), suatu komponen utama minyak ikan yang dapat mencegah efek buruk dari leukotrien dan terbukti mempunyai efek antiinflamasi yang bermakna) atau 10 kapsul minyak zaitun setiap hari selama periode 12 minggu.

Hasilnya menunjukkan bahwa setelah 8 minggu terapi, terdapat penurunan rasa gatal, eritema, dan sisik pada lesi yang bermakna pada kelompok minyak ikan dan cenderung ke arah penurunan luas lesi psoriasis. Tidak ada perubahan yang bermakna pada kelompok minyak zaitun. Dari hasil studi ini para peneliti menyimpulkan bahwa suplementasi minyak ikan bermanfaat dalam terapi psoriasis.




Word of the Day

Article of the Day

This Day in History

Today's Birthday

In the News

Quote of the Day

Spelling Bee
difficulty level:
score: -
please wait...
 
spell the word:

Match Up
Match each word in the left column with its synonym on the right. When finished, click Answer to see the results. Good luck!

 

Hangman
 
powered by Blogger